Setelah Ottoman atau usmani Takhluk pada perang dunia ke 1,
rentetan peristiwa tersebut mendorong kelompok nasionalis sekuler dari ottoman
melakukan serangan dan memerangi pasukan-pasukan dari negara-negara sekutu yang
menduduki wilayah ottoman. Para kelompok nasionalis ottoman berhasil
mengalahkan negara-negara sekutu dan sekaligus mengubah ottoman (Turki) dari
yang awalnya berbentuk kesultanan menjadi Republik Turki.
Berdirinya Republik Turki mengundang pro dan kontra dari berbagai
kalangan. Sebagian kalangan yang pro terhadap berdirinya Republik Turki adalah
mereka yang dari golongan liberal dan sekuler, sebaliknya bagi golongan yang
kontra adalah mereka yang dari golongan muslim yang konserfatif. Dengan
dibentuknya republik Turki maka Turki bukan lagi negara islam. Berdirinya
Republik Turki tak lepas dari tangan dingin Mustafa Kemal sebagai bapak bangsa yang
mendapat gelar “Ataturk” yang menganjurkan penduduk untuk berpenampilan dan
bergaya layaknya masyarakat barat karena dipengaruhi oleh ide golongan
nasionalis Turki dan nasionalis barat. Westernisasi sekularisme dan
nasionalisme menjadi pola dan landasan berpikirnya. Akan tetepi walaupun
Mustofa Kemal seorang yang nasionalis dan tokoh sekular tidak menentang dengan
agama islam dan memberikan kebebasan beragama kepada rakyatnya.
Setelah berjalannya waktu pemerintahan Turki yang berlandasakan
paham sekulerisme dan nasionalisme mengalami kemunduran dan terjadi krisi besar
puncaknya pada tahun 1997. Sebuah krisis yang luar biasa hingga Turki dijuluki
sebagai the sickman, karena perekonomian yang memburuk, korupsi dimana-mana,
mata uang lira tak bernilai harganya hingga akhirnya terjadi pergantian
kepemimpinan. Lalu akhirnya terpilihlah Recep Tayyip Erdogan menjadi pemimpin
Turki dikala situasi dan kondisi sedang carut-marut. Terpilihnya Erdogan
membawa angin segar bagi Turki, ia berusaha memperbaiki keadaan dan mulai
memperbaiki fasilitas publik, memberantas korupsi dan membagun kepemimpinan
yang mengayomi rakyatnya. Alhasil Turki mulai bangkit dengan keberhasilan
meningkatkan taraf ekonominya sampai 3 kali lipat, pendapatan perkapita negara
itu mampu meningkat dari USD 3.492 menjadi USD 10,079 atau naik 288%.
Tangan dingin Erdogan tak lepas dari partainya AKP (partai
keadilan dan pembangunan) yang pertama kali memenangi pemilihan umum pada 8
tahun lalu. Partai yang baraliansi Islam modern ini mampu membuktikan bahwa
partai Islam dapat hidup berdampingan dengan konstitusi sekuler negara Turki,
bahkan dengan gemilang mempersembahkan pembangunan ekonomi yang mengagumkan,
pembangunan tersebut tidak pernah sekalipun dalam rezim mustafa kemal
“Ataturk”. Selain itu Erdogan juga membawa eksistensi ekonomi Turki dikala
kondisi-kondisi perekonomian negara eropa diambang kebangrutan. Walaupun begitu
Turki sendiri dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan kejayannnya, pilihan
strategi dan pilihan strategi pembangunan ekonomi serta bentuk diplomasi luar
negeri Turki pada dasarnya tidak terfokus pada urusan dan kemauan negara-negara
Eropa. Turki sepertinya memiliki gaya dan skenarionya sendiri, alih-alih
berbaik-baik dengan eropa demi satu tempat keanggotaan di European Union, Turki
lebih mengambil gaya diplomasi terbuka dengan memainkan peran yang lebih kuat
di wilayah Timut-Tengah dan tetangga di Utara, negara-negara pecahan Uni Soviet
yang memiliki kesamaan akar budaya dan bahasa.
Dengan diplomasi luar negeri yang aktif dan semakin kuat diwilayah
regional didukung dengan performa ekonomi dalam negeri yang mengegumkan
(terlebih ditengah kecenderungan krisis kawasan tetangga eropa), Turki telah
berhasil memposisikan diri (atau mungkin juga diposisikan oleh beberapa negara)
menjadi role model bagi negara-negara emerging market sekaligus bagi
negara-negara muslim. Dengan kondisi dan posisinya seperti itu, tentu Turki
semakin kuat secara politik dan ekonomi dalam interaksi global. Perannya
semakin diperhitungkan dalam dinamika politik-ekonomi, bukan hanya di dua
wilayah strategis; Timur-tengan dan eropa, tetapi juga pada tingkat global.
Selain itu pemerintahan Erdogan juga sangat memperhatikan terhadap
konflik-konflik yang terjadi di negara ialam seperti di sutiah, palestina dan
negara-negara Islam di timur tengah, perhatian tersebut dilakukan dengan
bantuan logistik serta kemanusiaan, bahkan negara Turki merupakan negara yang
paling banyak menerima pengungsian yang terjadi atas konflik peperangan yang
ada di negara Timur Tengah dan Turki merupakan satu-satunya negara Islam yang
membuka jalur bantuan-bantuan logistik maupun kemanusiaan menuju palestina
ketika negara mesir masih tarik ulur dalam membuka jalur bantuan untuk
Palestina. Selain penanganan kemanusiaan, perhatian pemerintahan Erdogan
terhadap dunia pendidikan juga sangat besar, para pelajar dari berbagai negara
terutama dari negara Islam yang belajar di Turki di beri pelayannan prima dari
mulai beasiswa, biaya hidup juga biaya keperluan pendidikan dijamin semua oleh
pemerintah Turki.
Banyak contoh banyak diambil dari kebijakan pemerintahan Turki
baik pembangunan perekonomian, penanganan kemanusiaan sampai pendidikan. Memang
sejarah tak berjalan semulus apa yang diharapkan tetapi Turki bisa menjadi
contoh untuk muslim di indonesia kedepan, dikala musli indonesia lagi ditempa
persoalan-persoalan yang global. Tetapi sejarah peradaban bisa menjadi cermin
bagi kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar