Tepat pada 14 Maret 1964 M di
Yogyakarta, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) lahir dari rahim Muhammadiyah. IMM sebagai
organisasi otonom modernis sangat dinanti partisipasinya dalam mewujudkan
akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Pasang surut yang dialami oleh IMM telah dirasakan dari berbagai tingkatan,
mulai dari pimpinan pusat sampai pimpinan komisariat. Agaknya tidak berlebihan
jika dikatakan bahwa keberadaan IMM, khususnya IMM di Semarang telah mengalami
proses pendewasaan diri.
Pada tanggal 14-17 Maret
1971, berdasarkan rekomendasi Muktamar IMM IV di Semarang. Azas
pengorganisasian IMM bergeser dari azas teritorial menjadi azas potensial.
Penggeseran ini menurut pola aktifitas ikatan dimaksudkan supaya IMM senantiasa
berorientasi kepada bidang-bidang gerak Muhammadiyah dan kebutuhan dasar
mahasiswa. Kalau sekarang komisariat adalah sebagai institusi terbawah dalam
jenjang kepemimpinan ikatan, maka lewat hal ini posisi komisariat dipandang
penting dan menentukan basis kegiatan.
Program yang seperti ini
sesungguhnya merupakan hasil rumusan Muktamar IMM IV yang mengispirasi upaya
terwujudnya perluasan IMM. Sehingga berdirilah beberapa komisariat di Semarang
seperti; PK IMM Ibnu Sina UNDIP, PK IMM Fatahillah UNDIP, PK IMM Hamka UNNES,
PK IMM Al Faruqi IAIN, PK IMM AIS Muhammadiyah, PK IMM Al Rozi UNIMUS, PK IMM
As Syifa' UNIMUS, PK IMM A. Dahkan UNIMUS, PK IMM Al Kindi UNIMUS, PK IMM Akper
UNIMUS. Hingga seterusnya IMM di Semarang mengalami perkembangan dari periode
ke periodenya.
0 komentar:
Posting Komentar