Peran
Pemuda Milenial di kancah Politik
(sebuah
gambaran singkat)
Oleh:
M. Ragil Yoga Priyangga (Dept. Politik dan Pemerintahan 2017/Undip)
“Beri
Aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri Aku
sepuluh pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia.” -Soekarno
Begitulah
kira-kira Bapak pendiri bangsa kita -Soekarno- menaruh harapan besar kepada
pundak para pemuda. Tidak mengherankan jika kalimat tersebut dilontarkan karena
melihat banyaknya agenda besar yang terjadi di Indonesia diinisiasi oleh para
pemuda. Indonesia mungkin tidak akan pernah bersatu padu membentuk sebuah
komunitas yang dinamakan negara jika tidak ada sebuah ikrar yang dilakukan oleh
pemuda pada 1928, yakni Sumpah Pemuda.
Selain
itu agenda besar lain yang tidak dapat dilupakan dalam sejarah peradaban bangsa
Indonesia adalah ketika jatuhnya rezim Soeharto. Yang mana tidak lain
diinisiasi oleh para pemuda, khususnya para Mahasiswa dengan segala upayanya
untuk menjatuhkan rezim, serta menuntut adanya reformasi. Sehingga pada tahun
1998 tersebut terciptalah sejarah baru yang mana menunjukan bahwa kedaulatan
rakyat berada di tangan rakyat semestinya, bukan oleh kaum-kaum elit.
“Idealisme
adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda” -Tan Malaka
Itulah
beberapa kilas balik tentang peran pemuda yang pernah terukir dalam sejarah
bangsa. Namun, apakah seseorang pemuda di era sekarang tidak bisa kembali
mengukir jejak kebaikan seperti yang dilakukan pemuda yang dahulu? Tentunya
bisa, bahkan banyak sekali yang bisa dilakukan oleh para pemuda di era sekarang
yang mana justru tantangan di hadapannya semakin banyak.
Pada
masa pasca transisi dari otoritarian menuju demokrasi sesungguhnya dihadapkan
pada berbagai macam upaya mempersiapkan sarana dan prasarana yang sangat
kompleks sesuai kebutuhan sistem demokrasi idealnya. Maka pemerintah pun dalam
upaya pemenuhan hal tersebut, tentu melalui berbagai pendekatan, mulai upaya
yang bersifat idealis hingga realis, seperti pendekatan budaya (sosio-kultural,
edukatif, moralitas-keimanan), hukum (peraturan perundang-undangan, lembaga
penegak hukum dll), politik (lembaga negara, sistem birokrasi dll), serta
ekonomi (pembangunan, moneter, fiskal, dll)[1].
Dengan
segala upayanya tersebut, tentu pemerintah tidak terlepas dari konteks dinamika
yang ada. Maka dengan melihat itu para pemuda haruslah ikut dalam suatu proses
politik bangsa, khususnya mahasiswa, yang mana peranannya dikatakan sebagai Iron Stock, Agent of Change, Moral Force,
dan Social Control. Dan ini adalah
beban yang cukup berat bagi seorang pemuda, yang mana secara idealis
diperuntuhkan untuk mengurusi urusan bangsa yang tidak kalah kompleks dinamikanya
dengan para pejabat negara dalam sebuah proses bernegara. Agenda yang
dilakukannya pun banyak dilakukan seperti berdiskusi, pengabdian, hingga
demonstrasi menyuarakan kepentingan rakyat yang seharusnya dibela, serta masih
banyak lagi.
Peran
pemuda kini tidak hanya bermain dibalik layar. Banyak para aktor yang dikatakan
masih muda terjun dalam perpolitikan secara praktis. Ragam langkahnya pun
banyak, seperti ikut dalam pemilihan legislatif maupun eksekutif, bergabung
dengan partai politik, hingga yang terbaru adalah adanya pembentukan partai
politik sendiri yang mana didalamnya diisi oleh para pemuda. Sehingga, kini
dirasakan cukup baik bagi proses demokratisasi bangsa dikarenakan tidak adalagi
yang senioritas dan cukup mencakup segala elemen kepentingan masyarakat didalam
percaturan perpolitikan di Indonesia.
Dengan
itu, sangat besar harapannya bagi negara ini menjadi negara yang hebat. Yang
mana nilai-nilai demokrasi dijunjung tinggi tanpa deskriminasi kepentingan
maupun golongan, serta segera terwujudnya cita-cita dan tujuan Negara yang
adil, makmur, dan sentausa.
Kader Ibnu Sina (alumni DAD IMM Ibnu Sina)
0 komentar:
Posting Komentar