Selasa, 03 April 2018

Peran Pemuda Milenial di kancah Politik


Peran Pemuda Milenial di kancah Politik
(sebuah gambaran singkat)
Oleh: M. Ragil Yoga Priyangga (Dept. Politik dan Pemerintahan 2017/Undip)
 Hasil gambar untuk politik mahasiswa
“Beri Aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri Aku sepuluh pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia.” -Soekarno
Begitulah kira-kira Bapak pendiri bangsa kita -Soekarno- menaruh harapan besar kepada pundak para pemuda. Tidak mengherankan jika kalimat tersebut dilontarkan karena melihat banyaknya agenda besar yang terjadi di Indonesia diinisiasi oleh para pemuda. Indonesia mungkin tidak akan pernah bersatu padu membentuk sebuah komunitas yang dinamakan negara jika tidak ada sebuah ikrar yang dilakukan oleh pemuda pada 1928, yakni Sumpah Pemuda.
Selain itu agenda besar lain yang tidak dapat dilupakan dalam sejarah peradaban bangsa Indonesia adalah ketika jatuhnya rezim Soeharto. Yang mana tidak lain diinisiasi oleh para pemuda, khususnya para Mahasiswa dengan segala upayanya untuk menjatuhkan rezim, serta menuntut adanya reformasi. Sehingga pada tahun 1998 tersebut terciptalah sejarah baru yang mana menunjukan bahwa kedaulatan rakyat berada di tangan rakyat semestinya, bukan oleh kaum-kaum elit.
“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda” -Tan Malaka
Itulah beberapa kilas balik tentang peran pemuda yang pernah terukir dalam sejarah bangsa. Namun, apakah seseorang pemuda di era sekarang tidak bisa kembali mengukir jejak kebaikan seperti yang dilakukan pemuda yang dahulu? Tentunya bisa, bahkan banyak sekali yang bisa dilakukan oleh para pemuda di era sekarang yang mana justru tantangan di hadapannya semakin banyak.
Pada masa pasca transisi dari otoritarian menuju demokrasi sesungguhnya dihadapkan pada berbagai macam upaya mempersiapkan sarana dan prasarana yang sangat kompleks sesuai kebutuhan sistem demokrasi idealnya. Maka pemerintah pun dalam upaya pemenuhan hal tersebut, tentu melalui berbagai pendekatan, mulai upaya yang bersifat idealis hingga realis, seperti pendekatan budaya (sosio-kultural, edukatif, moralitas-keimanan), hukum (peraturan perundang-undangan, lembaga penegak hukum dll), politik (lembaga negara, sistem birokrasi dll), serta ekonomi (pembangunan, moneter, fiskal, dll)[1].
Dengan segala upayanya tersebut, tentu pemerintah tidak terlepas dari konteks dinamika yang ada. Maka dengan melihat itu para pemuda haruslah ikut dalam suatu proses politik bangsa, khususnya mahasiswa, yang mana peranannya dikatakan sebagai Iron Stock, Agent of Change, Moral Force, dan Social Control. Dan ini adalah beban yang cukup berat bagi seorang pemuda, yang mana secara idealis diperuntuhkan untuk mengurusi urusan bangsa yang tidak kalah kompleks dinamikanya dengan para pejabat negara dalam sebuah proses bernegara. Agenda yang dilakukannya pun banyak dilakukan seperti berdiskusi, pengabdian, hingga demonstrasi menyuarakan kepentingan rakyat yang seharusnya dibela, serta masih banyak lagi.
Peran pemuda kini tidak hanya bermain dibalik layar. Banyak para aktor yang dikatakan masih muda terjun dalam perpolitikan secara praktis. Ragam langkahnya pun banyak, seperti ikut dalam pemilihan legislatif maupun eksekutif, bergabung dengan partai politik, hingga yang terbaru adalah adanya pembentukan partai politik sendiri yang mana didalamnya diisi oleh para pemuda. Sehingga, kini dirasakan cukup baik bagi proses demokratisasi bangsa dikarenakan tidak adalagi yang senioritas dan cukup mencakup segala elemen kepentingan masyarakat didalam percaturan perpolitikan di Indonesia.
Dengan itu, sangat besar harapannya bagi negara ini menjadi negara yang hebat. Yang mana nilai-nilai demokrasi dijunjung tinggi tanpa deskriminasi kepentingan maupun golongan, serta segera terwujudnya cita-cita dan tujuan Negara yang adil, makmur, dan sentausa.


[1] Tallcot Parson, teori struktural fungsional
Kader Ibnu Sina (alumni DAD IMM Ibnu Sina)

0 komentar:

Posting Komentar