Dirimu
Sejenak menikmati waktu dimana
sekarang kau bernafas. Dirimu, ciptaan sempurna dari sang Maha Pencipta.
Diciptakan untuk tugas mulia sebagai manusia berakal. Lahir sebagai seorang
pemenang, bagaimana mungkin? Bukankah sebelum kau lahir kau telah terpilih
untuk menjadi pemenang melawan ratusan juta kemungkinan. Kau, terpilih sejak
sebelum 50.000 tahun yang lalu karena memang takdir berkata begitu. Semuanya
sudah tertulis dalam kitab Lauh mahfudz. Lalu untuk apa semua ini? Ini semua
bukan suatu kebetulan bukan? Allah telah memilihmu dan tidak mungkin tidak ada
maksud dan tujuannya. Masyaallah
Telah jelas di dalam Al Quran
yang mulia sebuah tujuan penciptaan dirimu yang begitu menakjubkan, Allah Ta’ala
berfirman:
“Tidak Aku ciptakan
jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah
kepada-Ku.”
(QS. Adz –Dzariyat, 56 ).
Betapa beruntungnya dirimu,
terpilih menjadi salah satu pengemban tugas mulia itu, beribadah kepada Allah
Tuhan sekalian alam Maha Pengasih juga Maha Penyayang. Dengan berbagai kenikmatan
yang Dia sediakan untukmu selama kau hidup yang akan dijamin olehNya bahwa kau
mendapat sesuai dengan yang tertulis, tidak mungkin tidak. Yang Maha Penyayang
telah mengatur rizki, jodoh, dan kematianmu. Lantas, apakah kau sudah bersyukur
wahai saudaraku? Allah telah mengatur segala urusanmu, dari mulai sel-sel
mikrokopis yang ada di dalam tubuhmu hingga rizkimu hari ini, dan jodohmu kelak
semua telah di jamin dan diatur olehNya. Namun tidak dengan amalmu, yang
terkadang terlalaikan oleh kesibukanmu hari ini dengan dunia.
Tidak semata-mata Allah
menciptakan kita hanya untuk menikmati kehidupan di dunia. Malah sebaliknya,
dunia ini Dia jadikan sebagai ujian untuk hamba-hamba pengemban tugas mulia.
Termasuk dirimu, hamba Allah. Dunia yang sementara tempat mu singgah sebentar,
dan akhirat yang kekal tempat dirimu kelak akan selamanya berada disana. Namun
banyak orang kadang tertipu oleh bisikan makhlukNya yang dulu sempat menikmati
surga namun terusir karena kesombongan, bahwa dunia ini tempat menggapai kebahagian
hakiki. Lalu, orang-orang itupun lalai dari tugas utama mengapa mereka berada
dan terseret ke jalan mahkluk sombong yang terusir dari surga. Apakah dirimu
salah satunya? Pertanyaan yang cukup hatimu menjawabnya. Jika tidak maka
tetaplah berada dalam jalanmu menggapai ridhaNya di dunia dan akhirat. Namun
apabila sebaliknya, ingatlah bahwa dirimu adalah hamba, budak, pengabdi Sang
Maha Kuasa. Dunia yang membuat kau lalai denganNya tidaklah berarti apa-apa.
Belajarlah dari kisah semut dan
setetes madu.
“ Seekor Semut kecil berjalan
riang mendapati dirinya yang beruntung menemukan setetes madu di atas tanah.
Pada awalnya dia hanya menghisap madu dari pinggir tetesan, dan dia baik baik
saja. Bisa merasakan manis dan nikmatnya setetes madu. Namun, karena nafsu dan
kerakusannya sang semut berpikir mungkin akan lebih menyenangkan saat dia bisa
menceburkan diri kedalamnya. Lalu semut itu pun masuk kedalam tetesan madu dan
menceburkan dirinya sendiri. Naas, dia justru terjebak dan tak sanggup keluar
dari lengketnya setetes madu, akhirnya dia pun binasa di dalamnya.”
Dirimu pastilah mengerti apa
maksud dari cerita singkat di atas, mudah diterka dan dipahami. Dunia memang
untuk di nikmati hanya pada takaran secukupnya saja, saat kau melampauinya maka
kau akan binasa di dalamnya. Jangan buat dirimu lalai dari tugas utamamu wahai
hamba Allah Tuhan sekalian alam. Ingatlah pada hakikatnya dirimu hanyalah
seorang hamba, agar batas tak kau lampaui dan tugas mulia bisa kau selesaikan. J
Aisyah Aulia Husain
[Peserta DAD PK IMM Ibnu Sina 2017]
0 komentar:
Posting Komentar