Sabtu, 24 Februari 2018

Dirimu




Dirimu

Sejenak menikmati waktu dimana sekarang kau bernafas. Dirimu, ciptaan sempurna dari sang Maha Pencipta. Diciptakan untuk tugas mulia sebagai manusia berakal. Lahir sebagai seorang pemenang, bagaimana mungkin? Bukankah sebelum kau lahir kau telah terpilih untuk menjadi pemenang melawan ratusan juta kemungkinan. Kau, terpilih sejak sebelum 50.000 tahun yang lalu karena memang takdir berkata begitu. Semuanya sudah tertulis dalam kitab Lauh mahfudz. Lalu untuk apa semua ini? Ini semua bukan suatu kebetulan bukan? Allah telah memilihmu dan tidak mungkin tidak ada maksud dan tujuannya. Masyaallah
Telah jelas di dalam Al Quran yang mulia sebuah tujuan penciptaan dirimu yang begitu menakjubkan, Allah Ta’ala berfirman:
   “Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah  kepada-Ku.”
 (QS.  Adz –Dzariyat, 56 ).
Betapa beruntungnya dirimu, terpilih menjadi salah satu pengemban tugas mulia itu, beribadah kepada Allah Tuhan sekalian alam Maha Pengasih juga Maha Penyayang. Dengan berbagai kenikmatan yang Dia sediakan untukmu selama kau hidup yang akan dijamin olehNya bahwa kau mendapat sesuai dengan yang tertulis, tidak mungkin tidak. Yang Maha Penyayang telah mengatur rizki, jodoh, dan kematianmu. Lantas, apakah kau sudah bersyukur wahai saudaraku? Allah telah mengatur segala urusanmu, dari mulai sel-sel mikrokopis yang ada di dalam tubuhmu hingga rizkimu hari ini, dan jodohmu kelak semua telah di jamin dan diatur olehNya. Namun tidak dengan amalmu, yang terkadang terlalaikan oleh kesibukanmu hari ini dengan dunia.
Tidak semata-mata Allah menciptakan kita hanya untuk menikmati kehidupan di dunia. Malah sebaliknya, dunia ini Dia jadikan sebagai ujian untuk hamba-hamba pengemban tugas mulia. Termasuk dirimu, hamba Allah. Dunia yang sementara tempat mu singgah sebentar, dan akhirat yang kekal tempat dirimu kelak akan selamanya berada disana. Namun banyak orang kadang tertipu oleh bisikan makhlukNya yang dulu sempat menikmati surga namun terusir karena kesombongan, bahwa dunia ini tempat menggapai kebahagian hakiki. Lalu, orang-orang itupun lalai dari tugas utama mengapa mereka berada dan terseret ke jalan mahkluk sombong yang terusir dari surga. Apakah dirimu salah satunya? Pertanyaan yang cukup hatimu menjawabnya. Jika tidak maka tetaplah berada dalam jalanmu menggapai ridhaNya di dunia dan akhirat. Namun apabila sebaliknya, ingatlah bahwa dirimu adalah hamba, budak, pengabdi Sang Maha Kuasa. Dunia yang membuat kau lalai denganNya tidaklah berarti apa-apa.
Belajarlah dari kisah semut dan setetes madu.
“ Seekor Semut kecil berjalan riang mendapati dirinya yang beruntung menemukan setetes madu di atas tanah. Pada awalnya dia hanya menghisap madu dari pinggir tetesan, dan dia baik baik saja. Bisa merasakan manis dan nikmatnya setetes madu. Namun, karena nafsu dan kerakusannya sang semut berpikir mungkin akan lebih menyenangkan saat dia bisa menceburkan diri kedalamnya. Lalu semut itu pun masuk kedalam tetesan madu dan menceburkan dirinya sendiri. Naas, dia justru terjebak dan tak sanggup keluar dari lengketnya setetes madu, akhirnya dia pun binasa di dalamnya.”
Dirimu pastilah mengerti apa maksud dari cerita singkat di atas, mudah diterka dan dipahami. Dunia memang untuk di nikmati hanya pada takaran secukupnya saja, saat kau melampauinya maka kau akan binasa di dalamnya. Jangan buat dirimu lalai dari tugas utamamu wahai hamba Allah Tuhan sekalian alam. Ingatlah pada hakikatnya dirimu hanyalah seorang hamba, agar batas tak kau lampaui dan tugas mulia bisa kau selesaikan. J

Aisyah Aulia Husain
[Peserta DAD PK IMM Ibnu Sina 2017] 

0 komentar:

Posting Komentar