Rabu, 05 Oktober 2016

SEJARAH MUHAMMADIYAH SEMARANG


Muhammadiyah berdiri di Kota Semarang tidak diketahui secara tepat, tetapi awal mula berkembangnya Muhammadiyah Kota Semarang mulai dirasakan pada tahun 1926. Para perintis berdirinya Muhammadiyah Semarang diantaranya K.H. Dzulkarnain (Kudus), Abdul Rahman Machrus (Semarang), Ahmad Machrus (Solo), Ust. Bastam Muslie (Semarang), Ali Barkan (Semarang). Menurut K.H. Ali Cholil (cucu Kyai Sholeh Darat) Gedung yang digunakan sebagai untuk kantor Muhammadiyah pertama adalah kediaman K.H. Mashud Ilyas di Kampung Petrus dan Mijen Jl. Gendingan (sekarang komplek Mall Sri Ratu), yang kemudian pindah di Jl. Kakap 72 Kelurahan Mlayu Darat (Sekarang Kel. Dadapsari Semarang Utara). Gedung ini merupakan wakaf dari H Ahmad Said Makarim (Solo). Di tahun 1928 terbentuklah Konsulat Muhammadiyah Semarang dengan ketua pertama K.H. Dzulkarnain dan diresmikan oleh K.H. Dzazuli di kampung Krendo Kauman yang sekaligus menjadi kator sekretariat pertama.
Lima tahun kemudian, pada tahun 1933 diselenggarakan Konggres Muhammadiyah ke 22 (sekarang Muktamar) di Semarang bertempat di kampung Bon Cino Jl. Mataram. Salah satu hasil Konggres adalah memutuskan untuk membeli tanah di Jl. Sadewa Nomor 45 (sekarang Jl. Indraprasta nomor 37). Di Jalan Sadewa ini kemudian dijadikan sebagai Kantor Konsulat Muhammdiyah Semarang. Menurut kesaksian H. Soewito, sesepuh Muhammadiyah. Kantor Sekretariat Konsulat Muhammdiyah Semarang selain rutin diadakan pengajian-pengajian, juga kemudian berkembang ke dunia pendidikan, yaitu dengan mendirikan HIS.
Tidak sampai di situ, pada tahun 1950 terselengara serah terima kepengelolaan Yatim Piatu dari Majelis Umat Islam sekarang Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan ditampung di Jl. Sadewa 45 (Indraprasta 37). Kemudian pada tahun 1960 Yatim Piatu pindah ke Singosari (sekarang kompleks Rumah Sakit Roemani). Di tempat ini selain sebagai Gedung Yatim Piatu dan Kantor Muhammadiyah Semarang, juga terdapat Gedung SD Muhammadiyah 08 dan Kantor Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa Tengah. Sebagian tanah dimanfaatkan juga sebagai pertanian tanaman sayur-sayuran, kolam ikan, peternakan ayam dan kambing yang bermanfaat bagi ketrampilan dan kegiatan sehari-hari anak Panti Asuhan, disamping juga sebagai upaya menambah dana untuk kepentingan Panti.
Masih di tahun 1960 Muhammadiyah dipecah menjadi 5 Cabang, yaitu; Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Selatan, Semarang Tengah. Barulah setelah Pimpinan Cabang ada 5 buah, kemudian dibentuk Pimpinan Muhammadiyah Daerah (PMD) yang sekarang menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang dan menempati kantor di Singosari (kompleks RS. Roemani).
Sampai pada tahun 1965, Cabang Semarang Barat kemudian dipecah menjadi 3 cabang, yaitu; Semarang Barat I yang berkantor di Jl. Indraprasta, Semarang Barat II, berkantor di Mlayudarat, Semarang Barat III, berkantor di Puspowarno. Selanjutnya dengan adanya perkembangan atau pemekaran dan setelah Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan, sekarang ini Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang memiliki 18 Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), dan menurut data pada tahun 2002 telah memiliki 89 pengurus tingkat ranting. Pimpinan Cabang Muhammadiyah tersebut yaitu; PCM Semarang Timur, PCM Semarang Tengah, PCM Semarang Barat, PCM Semarang Utara, PCM Semarang Selatan, PCM Banyumanik, PCM Gajah Mungkur, PCM Mijen, PCM Ngaliyan, PCM Tugu, PCM Pedurungan, PCM Gunungpati II, PCM Gunungpati I, PCM Candisari I, PCM Candisari II, PCM Genuk, PCM Gayamsari, PCM Tembalang.

0 komentar:

Posting Komentar